Postingan

Menampilkan postingan dari April 15, 2012

Cerpen "Sahabat Hujan"

Gambar
Ibu menatap butiran air hujan yang turun siang itu dari balik jendela. Tetes demi tetes air itu turun sunyi sekali, tanpa ditemani suara gemuruh petir, dan memang suasana itu tepat sekali untuk merenung. Dari balik dinding kuperhatikan wajah ibu, semakin lama semakin kalut, biasanya ketika ibu ceria, keriput diwajahnya tidak terlihat karena terhiasi oleh senyumnya yang merona, namun saat ini yang terlihat adalah sebaliknya, ibu seperti merasakan sesuatu yang menjadi beban pikirannya,hingga keriputnya sangat terlihat. Perlahan kudekati ibu, untuk memastikan apa yang membuat matanya tak bisa lepas dari tetesan hujan yang turun, meski jendela itu semakin lama tertutupi oleh embun. Padahal, aku semakin mendekat, Ibu bahkan tak sadar akan kehadiranku. Aku yakin, lamunannya terulang lagi, tentang suatu masa yang tidak akan pernah dilupakan, masa itu menjadi bayang bayang kesedihan yang membuat bola mata aku, adikku, dan ibu tak pernah kering, karena masa itulah yang membuat ayahku kehilanga