BERBENAH KELAS: MERANCANG KELAS DISESUAIKAN DENGAN KEBUTUHAN PERKEMBANGAN DAN TINGKAT USIA


Keberhasilan suatu pembelajaran sangat ditentukan  oleh baiknya pengelolaan komponen pembelajaran. Ibarat sebuah pohon yang berbuah lebat, pendidikanpun bisa dianalogikan seperti pohon, yang apabila perawatannya baik, makanan untuk akarnya cukup, juga cahaya juga tingkat kesuburan tanahnya baik, maka akan menghasilkan tanaman yang kuat sehingga berbuah, dan akhirnya buahnyapun akan bermanfaat untuk orang banyak. Begitupun Pendidikan, apabila dikelola dengan baik komponen-komponennya, maka akan menghasilkan peserta didik yang siap bermanfaat untuk orang banyak.
Salah satu komponennya yaitu pengelolaan kelas. Kelas merupakan tempat anak untuk belajar, menyerap ilmu yang disampaikan oleh guru, sehingga harus dikelola dengan baik agar proses masuknya informasi kedalam otak bisa efektif. Dalam mengelola kelas, guru harus memahami tahapan perkembangan peserta didi, karena tentu pada setiap jenjangnya, kebutuhan perkembangannya juga berbeda. Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari TK (Taman Kanak-kanak), SD(Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Akhir), juga Perguruan Tinggi. Namun, apakah pada setiap jenjangnya, kelas-kelas sudah dikelola sesuai dengan tingkat usia dan perkembangannya atau hanya mencukupkan anggaran yang ada tanpa mempedulikan akar terpenting yaitu lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan peserta didik.
Pada berbagai jenjang pendidikan, tentu kita dapat mengelompokkan usia anak disesuaikan dengan perkembangannya antara lain: Usia Taman penitipan anak, sampai Usia Taman Kanak-Kanak disebut Masa Kanak-kanak awal (2 sampai 6 tahun), Usia Sekolah Dasar kelas satu sampai kelas 6 disebut masa kanak-kanak akhir (6-12 tahun), Usia SMP sampai SMA kelas2(12 smpai 16 tahun disebut masa remaja awal), Usia SMA kelas 3 smpai Perguruan tinggi tingkat awal disebut masa remaja pertengahan (16-18tahun). Dari perbandingan usia saja tentu kita tahu bahwa kebutuhanpun berbeda. Namun kenyataanya, di beberapa Sekolah Dasar terutama Sekolah Dasar Negeri, tidak dibedakan pengelolaan kelasnya dari kelas 1 SD sampai kelas 6. Banyak hal memprihatinkan, mengingat usia 6 sampai 8 tahun itu masih termasuk Usia Dini. Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
§  Infant (0-1 tahun)
§  Toddler (2-3 tahun)
§  Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
§  Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
       
Dari pengkajian ilmu diatas, kita tahu bahwa masa bermain anak SD awal telah direnggut, dengan pengelolaan kelas yang tidak nyaman untuk diterapkan. Lihat saja, ukuran kursi dan meja yang sama besarnya dengan kursi dan meja pada kelas lain yang lebih tinggi. Betapa sedih, ketika melihat anak memaksakan tubuhnya untuk menulis sambil duduk padahal sangat tidak nyaman menggunkanan meja dan kursi tersebut. Aneh juga dengan, rasio guru dan siswanya yang benar-benar tidak memenuhi rasio yang seharusnya, melihat kebutuhan sosial emosional anak SD awal yang masih harus dirangkul, dibrikan araha, dan diberikan kesenangan, tidak akan bisa tercapai dengan rasio 1:40 anak. Bayangkan saja! Untuk SD awak, minimal 1 guru dapat memegang 15 anak, karena tidak hanya kogniif yang kitanilai dri LK-LK yang berbundel-bundel itu, tapi reinforcement (penguatan) juga guru harus berusaha menciptkan trust (rasa percaya)pada anak.
Sebagai orang dewasa, kita dapat merasakan bagaimana rasa ketidaknyamanan, kejenuhan,sehingga lingkungan yang tidak nyaman akan membuat peserta didik frustasi. Harus dibenahi dari pengelolaan pendidikan pada usia dini karna itu merupakan cara bagaimana menanamkan dasaar-dasar yang baik kepada anak, sehinggaakan mempengaruhi tingkat pemahaman dan ketertarikan anak. Dan anakpun akan belajar dengan senang hati, bukan karena keterpaksaan. Dalam mengelola kelas, kita juga harus memahami teori kebutuhan manusia, sehingga kelas yangn kita kelola betul-betul sesuai dengan kebutuhan.
Bila di Negara Lain seperti Italia dan Australia, ruang gerak itu sangat dipertimbangkan, sehingga satu peseta didik sudah dipertimbangkan ruang geraknya. Berbeda dengan di Indonesia yang tidak semua kelas itu luas, apalagi jumlah penduduk di Indonesia terutama anak-anak sangat banyak. Sehingga pengelola, harus lebih kreatif untuk memenuhi kebutuhan peserta didik.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu. Lima kebutuhan Manusia didasarkan pada motivasi antara lain:
1. Kebutuhan Fisiologis

Contohnya adalah
tersedianya tempat yang sesuai dengan usia anak, terdapat ventilasi yang cukup, bersh dari debu. Kenyataannya, banyak sekolah yang tidak membiasakan pola hidup bersih, sepatu yang masuk ke dalam kelas dll.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan

Contoh seperti :karpet yang tebal untuk anak usia dini, posisi tempat duduk yang memperhitungkn jarak. Selain itu, lebih baik bila tersedia tempat penyimpanan.Agar anak-anak nyaman dalam belajar.
3. Kebutuhan Sosial

Misalnya adalah : pengaturan pola duduk, dinding-dinding yang atraktif. Salah satu tujuan sekolah adalah untuk membina hubungan sosial, namun jika kelas tidak dirancang sesuai tujuan, itu tidak akan tercapai. Model pembelajaran koopratif sangat baik.
4. Kebutuhan Penghargaan

Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya. Anak membutuhkan penguatan (reinforcement), agar mampu mengembangkan sosial emosionalnya dengan baik dan akan berpenagaruh pada perkembangan lainnya
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya. Tersedianya berbagai alat bermain, juga banyak pilihan belajar yang dapat mengembangkan minat mereka
                  Kebutuhan-kebutuhan yang telah dipaparkan diatas, menandakan bahwa pengelolaan kelas harus dibuat sebaik mungkin, sesmpurna mungkin karena proses penyerapan informasi sangat berpengaruh dari lingkungan. Lingkungan kelasa adalah salah satu komponen tetrpenting yang harus dipikirkan sebaik-baiknya, sehingga kelak peserta didik menjadi anakanak yang cerdas dan gembira, buka cerdas tapi cepat frustasi dsb.

Daftar Pustaka
Diane Trister Dodge.The Creative Curiculum for Early Childhood
uhadinet.wordpress.com/.../teori-kebutuhan-maslow-pendidikan-di-indonesia-dan-unjuk-rasa-yang-santun

nb: coba-coba ikutan lomba essay di Pendidikan Alternatif..hmmtapi ngirimnya telat..yah..buat blog sendiri aja deh......hehehehehe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEKELUMIT KISAH MAHASISWI JURUSAN TERTINGGAL “PGTK UNJ”

Game Level 2 Melatih Kemandirian Day 1

Game Level 3 Melatih Kecerdasan Anak Day 2